Sore tadi, saat pulang dari diklat kurtilas hari pertama di SMK Negeri 1 Kawunganten, Cilacap. Di jalan raya, saat naik kendaraan bermotor ada seorang teman mendekat, dengan kendaraan bermotor juga (mungkin) dia meledek. Namun nada ledekannya (mungkin juga) hanya bercanda. Tapi intonasi dan kalimatnya mengungkapkan seolah-olah menggunakan Linux itu adalah “perbuatan dosa.”
“Mulane aja Linux-kan bae…” begitu kira-kira kalimatnya. Artinya kalau dalam bahasa Indonesia : “Makanya jangan ber-Linux terus…”
Aku hanya bisa tertawa menanggapinya. Di samping memang sedang naik kendaraan. Menanggapinya juga tidak ada gunanya. Saya yakin betul beliau tidak paham apa itu Linux, dan tidak tau apa alasan saya pake Linux.
Sebagian orang, teman-teman saya juga mungkin memandang saya aneh. Karena pake sesuatu yang “tidak umum” digunakan di lingkungan. Tapi satu hal, ini tentang kebebasan.
Bebas dari apa?
Sumber tertera |
Banyak sih. Bebas dari paranoid terhadap virus. Bebas dari belenggu software krek-krekan (ini yang sebagian besar orang masih menganggap wajar). Intinya, saya merasa lebih bebas ketika pake GNU/Linux.
Sudah sih, cuma itu yang ingin aku ceritakan kali ini. Sayangnya belum banyak yang menyadari tentang penggunaan software yang legal. Dan dari yang belum banyak itu, yang menyadari pun tidak sedikit yang menggunakan krek-krekan.
Mungkin dengan berbagai alasan : finansial, malas belajar lagi, dll. Alasan yang pertama mungkin masih bisa dipahami. Tapi malas belajar? Yasudahlah…
Nb. : Gambar hanya pemanis